Perlukah menyekolahkan anak di sekolah dasar bertaraf internasional ?
Seperti yang
kita tahu bahwa menyekolahkan anak terlalu dini kurang begitu bagus terhadap
psikis anak. Sebab, di usia emas (golden age) yakni 0-5 tahun, otak anak
menyerap seperti spons. Karena itu, mereka yakin bahwa inilah usia yang tepat
untuk menanamkan berbagai pengetahuan dan keterampilan lewat sekolah. Padahal
kenyataannya tidak seperti itu. Pendidikan yang diberikan oleh sekolah melalui
guru dengan pendidikan yang diberikan oleh orang terdekat terutama keluarga
sangatlah berbeda. Di sekolah anak-anak bertemu dengan anak yang seusia
dengannya lalu mereka pun bisa bersosialisasi. Tetapi sekarang di sekolah
pendidikan anak usia dini telah diajarkan pelajaran berhitung, membaca,berbahasa
inggrisdan mengaji untuk meningkatkan
aspek kognitif yang mereka miliki selain psikomotoriknya. Sayangnya, guru PAUD
juga lupa menyeimbangkan jumlah yang harus mereka ajarkan ke anak didik mereka
yang masih berusia dibawah 6 tahun. Tuntutan dari orang tua si anak juga mengharuskan
guru intens mengajarkan mereka pelajaran dasar untuk mereka masuk sekolah
dasar. Dulu, saat tahun 2001 dimana saya masih bersekolah TK hanya diajarkan
bermain tradisional, berhitung dan membaca dasar. Saya tahu dari para orang tua
yang memiliki anak yang akan masuk SD harus lolos tes mengaji, membaca, tes
matematika sederhana dan berbahasa inggris. Sangat berbeda sekali dengan zaman
saya. Mau masuk dan mencari SD yang diinginkan saja sulitnya minta ampun
seperti mau seleksi ke universitas saja. Berdasarkan pernyataan dari psikolog
keluarga Yayasan Kita & Buah Hati,
Elly Risman, S. Psi. bahwa bagian otak anak usia dini yang sedang berkembang
pesat adalah pusat perasaan, bukan pusat berpikir dilansir dari (https://parenting.orami.co.id/magazine/ini-dampaknya-kalau-anak-bersekolah-terlalu-dini/).
Kebutuhan anak di usia 0-8 tahun adalah bermain dan meingkatkan kemistri dengan
orang terdekat. “Balita harus menjadi anak yang bahagia, bukan anak yang
pintar,” tegas Elly.
Anak usia 2-8
tahun harus menjadi anak yang bahagia secara psikis dan motoriknya. Jangan
terlalu dijejali asupan dari luar yang terlalu berat seperti memasukkan anak ke
sekolah internasional di usia yang dini. Saat ini semua orang tahu jika
globalisasi telah menyebar ke seluruh dunia. Semua aspek kehidupan tak
terkecuali pendidikan dari luar negeri. Sistem pendidikan luar negeri yang
dikenal dengan sistem pendidikan internasional tidak merubah kurikulum
pendidikan kita tetapi lebih kea rah penambahan bahasa inggris yang digunakan
dalam aktivitas pembelajaran tak terkecuali buku panduan untuk belajar.
Sehingga beberapa yayasan pendidikan swasta kebanyakan membangun sekolah
bertaraf internasional. Mereka berharap dengan membangun sekolah internasional
menarik animo orang tua supaya anak mendapatkan akses pendidikan cerah dan
terjamin. Menurut Najella shihab sekolah internasional mengajarkan
international minded, membentuk anak dengan pola pikir dan pemahaman global.
Punya pemahaman bahwa apa yang terjadi di sini berefek ke dunia secara umum dan
apa yang terjadi di dunia secara umum berefek pada kita sebagai seorang
individu. Tak jarang bahwa sekolah ini bisa menghabiskan biaya hingga ratusan
juta per tahun.
Jika ditinjau
dari dampak positifnya memang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara
berbahasa inggris dan anak memperoleh informasi dan arahan untuk melanjutkan
pendidikan di luar negeri. Jika anak disekolahkan di sekolah internasional
mulai umur 12-17 tahun memang bagus untuk psikis dan motorisnya namun jika balita
atau anak berusia 6-8 tahun yang disekolahkan malah sebaliknya. sekolah yang
yang mengharuskan full day sampai sore, tugas sekolah yang melebihi kapasitas,
pelajaran bahasa inggris dan bahasa internasional lain yang harus dikuasai oleh
anak usia dini dan anak usia 6-8 tahun. Sistem ini membuat mereka gampang
bosan, jenuh, stress dan sulit mengekspresikan apa yang mereka rasakan.
Seharusnya usia-usia mereka bermain dan belajar hal-hal ringan malah membuat
otak mereka terforsir. Ditambah lagi anak-anak usia ini juga rawan mengalami
bullying dan kekerasan seksual yang bisa saja dilakukan oleh guru maupun
orang-orang dewasa yang berada di sekolah. Seperti yang kita tahu saat ini
semakin marak kasus pelecehan seksual yang menimpa anak-anak ini. Pelecehan seksual
efeknya tidak main-main bahkan walaupun sudah mengalami treatment dengan
bantuan psikolog juga belum sepenuhnya hilang dari ingatan mereka.
Orang tua
sebagai tambatan si buah hati sudah seharusnya memahami hak-hak anak yang
terjabar dalam sepuluh butir. Poin utama yaitu hak untuk bermain. Prioritaskan
waktu anak-anak untuk bermain dengan teman seusia mereka dan keluarga mereka.
Juga berikan pengetahuan tentang permainan tradisional supaya mereka tidak
ketergantungan terhadap gawai dan perangkat elektronik lainnya. Dilansir dari artikel tgrcampaign.com
(11/09/2019) dimana terdapat pernyataan dari Chasanah dan Kilis (2017)
penggunaan gawai yang berlebihan dapat mengurangi efektivitas fungsi keluarga
seperti penurunan respon afektif dan kontrol perilakuJangan masukkan mereka di
sekolah internasional terlalu dini masukkanlah mereka di usia yang tepat.
Karena jika dimasukkkan di usia yang tepat tentunya memberikan banyak dampak
positif secara mental dan motorisnya. Mereka juga tentunya sudah mendapat bekal
pendikan seksual yang dapat menghindarkan mereka dari kekerasan seksual.
Setiap
permasalahan pasti terdapat sisi positif dan sisi negatifnya. Begitu juga
polemik menyekolahkan anak ke sekolah internasional. Peran orang tua sangat
dibutuhkan dalam hal pengawasan bukan hanya finansialnya saja. Jika orang tua
menghendaki anaknya berusia diatas 12 tahun disekolahkan di sekolah
internasional maka itu merupakan pilihan bagus. Berarti orang tua tidak hanya
mementingkan gengsi saja tetapi mental dan kemampuan akademik anak juga
penting. Namun jika orang tua terlanjur menyekolahkan anak di sekolah
internasional saat umur kurang dari 12 tahun. Pilihan tersebut tidak perlu
disesali tetapi pengawasan dan bimbingan dari keluarga, sistem pendidikan dari
sekolah dan cara guru mengajar juga harus ekstra memperhatikan setiap individu
anak. Karena setiap anak memiliki watak, kelebihan dan kelemahan dimana cara
pengajaran yang diterapkan juga harus sesuai dengan si anak. Intinya sebagai
orang tua apalagi para orang tua muda yang masih awam dalam cara mendidik anak
tidak perlu bingung dan harus banyak berkonsultasi dengan orang sekitar dan
psikolog dalam memilih pendidikan yang tepat bagi putra-putri mereka.
Referensi :
Anonimus. 2019. Menjalin kehangatan keluarga dengan Permainan
Tradisional. Diakses pada 25 September 2020 pukul 17.00 WIB. https://tgrcampaign.com/read/91/menjalin-kehangatan-keluarga-dengan-permainan-tradisional
Anonimus. 2019. Ini Dampaknya Kalau Anak Bersekolah Terlalu Dini.
Diakses pada 25 September 2020 pukul 17.30 WIB
https://parenting.orami.co.id/magazine/ini-dampaknya-kalau-anak-bersekolah-terlalu-dini/
Chasanah, A. M., & Kilis, G. (2018, July). Adolescents' Gadget
Addiction and Family Functioning. In Universitas Indonesia International
Psychology Symposium for Undergraduate Research (UIPSUR 2017). Atlantis Press.
Comments